
Belum reda sakit hati lantaran gaji tertunggak selama 2 bulan, pemain Bontang FC (BFC) kini dihadapkan pada situasi yang sangat memprihatinkan. Rabu kemarin, seluruh akhirnya dipaksa angkat kaki dari Hotel Garden yang selama ini dijadikan mess bagi Ali Khaddafi dkk. Pemain BFC akhirnya diinapkan di Hotel CB, Bontang.
Permasalahan ini tentu membuat amarah pemain kian memuncak. Salah satu pemain yang namanya enggan disebut namanya mengatakan, untuk kali kedua, pemain BFC harus bolak balik berganti atap. Sebelum akhirnya terusir dari Hotel Garden, pemain BFC juga pernah mengalami hal serupa di pertengahan musim saat keluar dari Hotel Raodah.
“Mungkin ada hotel lainnya setelah ini, kami enggak tahu. Cukuplah nasib kami seperti ini. Apa mereka enggak ngerasain perasaan kami sekarang?” kata pemain tersebut dengan nada tinggi.
Sebelum akhirnya keluar dari hotel, dalam seminggu terakhir, penggawa BFC bahkan sudah berada di bawah tekanan manajemen Hotel Garden yang secara tegas hendak memutus aliran listrik dan air. Itu semua terjadi karena administrasi pembayaran sewa penginapan tidak dilunasi manajemen klub. “Padahal ini masalah antara pengurus BFC dan pengelola hotel, tapi kami jadi korbannya,” ucapnya pilar BFC itu.
Ia menyebut, mulanya, pagi kemarin, listrik dan air sengaja diputus manajemen Hotel Garden. Ternyata menjelang sore dihidupkan kembali. Nah malamnya, Ketua Harian BFC Udin Mulyono memerintahkan anak buahnya mengevakuasi seluruh pemain untuk segera meninggalkan Hotel Garden dan dibawa ke Hotel CB.
“Apa mereka kira kami enggak capek. Padahal sorenya kami baru selesai latihan. Malam disuruh angkat barang. Seperti buruh bangunan saja,” tutur pemain tersebut.
Jelas kondisi ini sangat mengganggu persiapan BFC dalam menghadapi lanjutan Djarum-Indonesia Super League (Djarum-ISL) yang menyisakan 3 pertandingan. Bukan hanya itu, BFC juga masih dituntut melakoni satu laga lagi kontra Persidafon Dafonsoro di babak playoff untuk mengamankan tempat di ISL musim depan.
Sayangnya semua anggota manajemen tim yang dikonfirmasi mengenai hal ini, tetap saja bergeming. Saluran telepon semua dialihkan bahkan dinonaktifkan. Bahkan, kalaupun sempat masuk, tidak ada yang bersedia mengangkat. Begitu pula SMS yang ditujukan belum mendapatkan balasan sampai berita ini diturunkan.
Permasalahan ini tentu membuat amarah pemain kian memuncak. Salah satu pemain yang namanya enggan disebut namanya mengatakan, untuk kali kedua, pemain BFC harus bolak balik berganti atap. Sebelum akhirnya terusir dari Hotel Garden, pemain BFC juga pernah mengalami hal serupa di pertengahan musim saat keluar dari Hotel Raodah.
“Mungkin ada hotel lainnya setelah ini, kami enggak tahu. Cukuplah nasib kami seperti ini. Apa mereka enggak ngerasain perasaan kami sekarang?” kata pemain tersebut dengan nada tinggi.
Sebelum akhirnya keluar dari hotel, dalam seminggu terakhir, penggawa BFC bahkan sudah berada di bawah tekanan manajemen Hotel Garden yang secara tegas hendak memutus aliran listrik dan air. Itu semua terjadi karena administrasi pembayaran sewa penginapan tidak dilunasi manajemen klub. “Padahal ini masalah antara pengurus BFC dan pengelola hotel, tapi kami jadi korbannya,” ucapnya pilar BFC itu.
Ia menyebut, mulanya, pagi kemarin, listrik dan air sengaja diputus manajemen Hotel Garden. Ternyata menjelang sore dihidupkan kembali. Nah malamnya, Ketua Harian BFC Udin Mulyono memerintahkan anak buahnya mengevakuasi seluruh pemain untuk segera meninggalkan Hotel Garden dan dibawa ke Hotel CB.
“Apa mereka kira kami enggak capek. Padahal sorenya kami baru selesai latihan. Malam disuruh angkat barang. Seperti buruh bangunan saja,” tutur pemain tersebut.
Jelas kondisi ini sangat mengganggu persiapan BFC dalam menghadapi lanjutan Djarum-Indonesia Super League (Djarum-ISL) yang menyisakan 3 pertandingan. Bukan hanya itu, BFC juga masih dituntut melakoni satu laga lagi kontra Persidafon Dafonsoro di babak playoff untuk mengamankan tempat di ISL musim depan.
Sayangnya semua anggota manajemen tim yang dikonfirmasi mengenai hal ini, tetap saja bergeming. Saluran telepon semua dialihkan bahkan dinonaktifkan. Bahkan, kalaupun sempat masuk, tidak ada yang bersedia mengangkat. Begitu pula SMS yang ditujukan belum mendapatkan balasan sampai berita ini diturunkan.